Liputan6.com, Jakarta: Endapan es setebal dua meter dapat ditemukan di beberapa kawah kecil di bulan, demikian laporan beberapa peneliti Senin (12/4) dalam satu dari dua studi yang memperlihatkan bukti lain mengenai keberadaan air di bulan dan Mars. Studi kedua menunjukkan bahwa es baru-baru ini telah mencair dan membeku lagi di Mars, sehingga memperluas selokan di permukaannya.
Kedua studi tersebut menambah perdebatan ilmiah dan politik mengenai cara terbaik menyelidiki alam semesta dan sistem tatasurya --dengan misi yang melibatkan awak manusia, atau percobaan yang menggunakan robot serta penelitian jarak jauh. Pemerintah Presiden AS Barack Obama bulan lalu menyatakan akan membatalkan program Konstelasi untuk mengirim kembali astronot ke bulan paling lambat pada 2020, setelah satu kajian mendapati program bernilai 108 miliar dolar AS tersebut kekurangan dana dan sudah keluar jalur untuk mencapai sebagian besar sasarannya.
Rencana Obama ialah mengontrak perusahaan swasta untuk melakukan pekerjaan yang diperlukan guna menyelidiki Mars, serta asteroid, dengan menggunakan robot, sensor jarak jauh dan barangkali astronot. Di dalam satu dari kedua studi itu yang disiarkan Senin (12/4), Paul Spudis dari "Lunar and Planetary Institute" di Houston dan rekannya menganalisis pengukuran dari pesawat antariksa India, Chandrayaan, untuk mendapatkan bukti mengenai endapan es tebal di beberapa kawah yang selamanya tertutup bayang-bayang di bulan.
"Karena bulan telah dibombardir dengan benda yang berisi air seperti komet dan meteorit serta ditanamkan hidrogen angin Matahari selama jaman geologis, sebagian bahan ini pasti telah menemukan jalan ke dalam daerah yang gelap dan dingin ini," tulis mereka di "Geophysical Research Letters" sebagaimana dilaporkan kantor berita Inggris, Reuters. Mereka mengukur sesuatu yang disebut rasio polarisasi sirkular untuk memperlihatkan apakah di permukaan ada es yang sangat tidak rata, atau es setebal dua meter sampai tiga meter.
Studi kedua memperlihatkan bahwa selokan selebar dua meter di Mars telah menjadi hampir 120 meter lebih panjang dalam waktu dua tahun. Dennis Reiss dari Institute for Planetology di Westfalische Wilhelms-Universitat di Munster, Jerman, dan rekannya mengatakan penjelasan terbaik ialah pencairan sejumlah kecil es air.
Mereka melaporkan di jurnal yang sama bahwa semua gambar memperlihatkan jalur gelap di selokan, serta beberapa saluran baru yang lebih kecil. Saluran tersebut mungkin menjadi cukup hangat pada permukannya sehingga mencairkan air di Mars, kata mereka.
Pada September, beberapa tim melaporkan bukti jelas mengenai air, yang kelihatannya membeku, di permukaan gurun bulan dan Mars, dan para peneliti juga telah melihat bahwa ada salju di Mars.(Ant)
Kedua studi tersebut menambah perdebatan ilmiah dan politik mengenai cara terbaik menyelidiki alam semesta dan sistem tatasurya --dengan misi yang melibatkan awak manusia, atau percobaan yang menggunakan robot serta penelitian jarak jauh. Pemerintah Presiden AS Barack Obama bulan lalu menyatakan akan membatalkan program Konstelasi untuk mengirim kembali astronot ke bulan paling lambat pada 2020, setelah satu kajian mendapati program bernilai 108 miliar dolar AS tersebut kekurangan dana dan sudah keluar jalur untuk mencapai sebagian besar sasarannya.
Rencana Obama ialah mengontrak perusahaan swasta untuk melakukan pekerjaan yang diperlukan guna menyelidiki Mars, serta asteroid, dengan menggunakan robot, sensor jarak jauh dan barangkali astronot. Di dalam satu dari kedua studi itu yang disiarkan Senin (12/4), Paul Spudis dari "Lunar and Planetary Institute" di Houston dan rekannya menganalisis pengukuran dari pesawat antariksa India, Chandrayaan, untuk mendapatkan bukti mengenai endapan es tebal di beberapa kawah yang selamanya tertutup bayang-bayang di bulan.
"Karena bulan telah dibombardir dengan benda yang berisi air seperti komet dan meteorit serta ditanamkan hidrogen angin Matahari selama jaman geologis, sebagian bahan ini pasti telah menemukan jalan ke dalam daerah yang gelap dan dingin ini," tulis mereka di "Geophysical Research Letters" sebagaimana dilaporkan kantor berita Inggris, Reuters. Mereka mengukur sesuatu yang disebut rasio polarisasi sirkular untuk memperlihatkan apakah di permukaan ada es yang sangat tidak rata, atau es setebal dua meter sampai tiga meter.
Studi kedua memperlihatkan bahwa selokan selebar dua meter di Mars telah menjadi hampir 120 meter lebih panjang dalam waktu dua tahun. Dennis Reiss dari Institute for Planetology di Westfalische Wilhelms-Universitat di Munster, Jerman, dan rekannya mengatakan penjelasan terbaik ialah pencairan sejumlah kecil es air.
Mereka melaporkan di jurnal yang sama bahwa semua gambar memperlihatkan jalur gelap di selokan, serta beberapa saluran baru yang lebih kecil. Saluran tersebut mungkin menjadi cukup hangat pada permukannya sehingga mencairkan air di Mars, kata mereka.
Pada September, beberapa tim melaporkan bukti jelas mengenai air, yang kelihatannya membeku, di permukaan gurun bulan dan Mars, dan para peneliti juga telah melihat bahwa ada salju di Mars.(Ant)
0 komentar:
Posting Komentar