JAKARTA, Meski tingkat emisi karbon per kapita di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara maju, Indonesia tengah meneliti potensi alamnya dalam menyerap emisi tersebut di darat dan laut. Hal ini merupakan salah satu kontribusi Indonesia dalam mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim.
Penelitian sementara, baik di darat maupun laut, menunjukkan adanya potensi alam dalam menyerap karbon, di kawasan tertentu. Nani Hendriarti, peneliti dari Pusat Teknologi Survei Kelautan BPPT, Rabu (11/11), menyebutkan beberapa kawasan di Indonesia, seperti di selatan Jawa dan Laut China Selatan, berpotensi menyerap karbon. Daerah perairan ini yang bersuhu relatif dingin, sebagai akibat adanya proses naiknya massa air dari laut dalam ke permukaan.
Berdasarkan data suhu laut yang terpantau satelit sejak 24 tahun terakhir itu, potensi pembenaman karbon (carbon sink) diperkirakan terjadi di 35 persen total luas perairan Indonesia. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat parameter lain.
Penelitian tentang peranan laut di Indonesia dalam siklus karbon juga dilakukan Agus Setiawan, peneliti lain dari BPPT. Penelitiannya ditujukan untuk melihat disolved organic carbon serta alkalinitas. Adanya fenomena arlindo (arus lintas Indonesia) berperan pada proses penyerapan CO oleh laut.
Sementara itu, Edvin Aldrian, Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara, menambahkan aktivitas gunung berapi yang mengeluarkan material aerosol. Menurut penelitian, letusan Gunung Tambora dan Krakatau berdampak pada pendinginan suhu Bumi selama beberapa tahun pada masa lampau.
Ketua Umum Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia Indroyono Susilo mengatakan, diperlukan pemantauan lebih lanjut mengenai potensi penyerapan karbon di laut Indonesia. Potensi biota laut, seperti terumbu karang, rumput laut, atau ganggang, dan plankton diketahui memiliki kemampuan untuk menyerap karbon. (YUN)
Penelitian sementara, baik di darat maupun laut, menunjukkan adanya potensi alam dalam menyerap karbon, di kawasan tertentu. Nani Hendriarti, peneliti dari Pusat Teknologi Survei Kelautan BPPT, Rabu (11/11), menyebutkan beberapa kawasan di Indonesia, seperti di selatan Jawa dan Laut China Selatan, berpotensi menyerap karbon. Daerah perairan ini yang bersuhu relatif dingin, sebagai akibat adanya proses naiknya massa air dari laut dalam ke permukaan.
Berdasarkan data suhu laut yang terpantau satelit sejak 24 tahun terakhir itu, potensi pembenaman karbon (carbon sink) diperkirakan terjadi di 35 persen total luas perairan Indonesia. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat parameter lain.
Penelitian tentang peranan laut di Indonesia dalam siklus karbon juga dilakukan Agus Setiawan, peneliti lain dari BPPT. Penelitiannya ditujukan untuk melihat disolved organic carbon serta alkalinitas. Adanya fenomena arlindo (arus lintas Indonesia) berperan pada proses penyerapan CO oleh laut.
Sementara itu, Edvin Aldrian, Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara, menambahkan aktivitas gunung berapi yang mengeluarkan material aerosol. Menurut penelitian, letusan Gunung Tambora dan Krakatau berdampak pada pendinginan suhu Bumi selama beberapa tahun pada masa lampau.
Ketua Umum Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia Indroyono Susilo mengatakan, diperlukan pemantauan lebih lanjut mengenai potensi penyerapan karbon di laut Indonesia. Potensi biota laut, seperti terumbu karang, rumput laut, atau ganggang, dan plankton diketahui memiliki kemampuan untuk menyerap karbon. (YUN)
0 komentar:
Posting Komentar