TURIN, Kain kafan dari Turin (shroud of Turin) telah lama menjadi kajian para ahli yang ingin mengungkap rahasianya. Kain kafan ini dipercayai sebagai kafan pembungkus Yesus setelah disalibkan.
Ilmuwan kini mengungkap bahwa tubuh yang diselubungi kafan itu tidak tergolek di atas batu, tetapi melayang atau tanpa bobot sehingga menimbulkan bekas pada kafan yang misterius itu.
Dalam DVD yang diberi judul The Fabric of Time, ilmuwan menggunakan teknologi mutakhir yang mampu memunculkan hologram tiga dimensi dari foto kafan itu. Dan hasilnya bisa dikatakan spektakuler.
Mereka menunjukkan gambar pada kafan yang dihasilkan bukan dari tubuh yang tergolek di atas batu, melainkan dari tubuh yang tanpa bobot, barangkali melayang di atas tempat peristirahatannya.
Film dokumen itu juga mempertegas pertanyaan sebelumnya mengenai tes karbon untuk mengetahui umur kain kafan itu. Pada penelitian sebelumnya, kain itu ditaksir dibuat di abad pertengahan.
Ahli forensik bersaksi bahwa bekas darah pada sudarium of Oviedo (kain penutup wajah Yesus) sama umurnya dengan kain kafan itu.
Sejarah dari sudarium merujuk pada abad ketujuh di Spanyol. Golongan darah pada kedua kain itu sama, yakni AB. Serbuk sari yang ditemukan pada sudarium juga cocok dengan kafan Turin.
Juni lalu Paus Benedict XVI mengumumkan, kain kafan itu akan dipamerkan pada 19 April hingga 23 Mei tahun 2010 mendatang. Menurut Vatican, Paus sendiri akan mengunjungi pameran itu pada 2 Mei 2010.
Sebelumnya ilmuwan Italia mengatakan, kain kafan Turin yang diklaim sebagai kain bekas pemakaman Yesus merupakan hasil rekayasa abad pertengahan berdasarkan hasil sejumlah eksperimen terhadap kain linen tersebut.
Disebutkan, kain yang panjangnya 14 kaki 4 inci (sekitar 4 meter) kali 3 kaki 7 inci itu memiliki bekas wajah seperti hasil negatif fotografik yang disebut-sebut wajah Yesus.
“Kami sudah menunjukkan bahwa ada kemungkinan untuk mereproduksi sesuatu yang memiliki karakteristik yang sama pada kain tersebut,” ujar Luigi Garlaschelli, profesor kimia di University of Pavia, yang memaparkan hasil eksperimennya melalui sebuah konferensi paranormal di utara Italia.
Kain Turin tersebut menunjukkan pada bagian belakang dan depan terdapat wajah seorang pria berjanggut dengan rambut panjang, kedua tangannya disilangkan di dada. Sementara di seluruh kainnya terdapat bercak darah di pergelangan tangan kaki dan sisi badan.
Dari uji coba penanggalan karbon yang dilakukan di sejumlah laboratorium di Oxford, Zurich, dan Arizona pada 1988 menimbulkan sensasi, kain tersebut terbuat antara tahun 1260 hingga 1390.
Hal itu menimbulkan spekulasi bahwa kain kafan Turin adalah hoax yang sengaja dibuat untuk tujuan bisnis wisatawan dan kunjungan ziarah.
Namun, para ilmuwan lantas kehilangan petunjuk bagaimana kain tersebut dibuat. Kemudian para ilmuwan menempatkan selembar kain linen di atas tubuh seorang relawan dan kemudian mengusapnya dengan pigmen yang berisikan zat asam. Topeng digunakan untuk menutupi wajah si relawan.
Pigmen tersebut secara artifisial mulai dipanasi di oven dan kemudian dicuci, sebuah proses yang mengangkat permukaannya sehingga menghasilkan bekas pada kain tersebut. Kemudian para ilmuwan menambahkan tetesan darah, lubang-lubang bekas bakar untuk mendapatkan efek terakhir.
Ilmuwan kini mengungkap bahwa tubuh yang diselubungi kafan itu tidak tergolek di atas batu, tetapi melayang atau tanpa bobot sehingga menimbulkan bekas pada kafan yang misterius itu.
Dalam DVD yang diberi judul The Fabric of Time, ilmuwan menggunakan teknologi mutakhir yang mampu memunculkan hologram tiga dimensi dari foto kafan itu. Dan hasilnya bisa dikatakan spektakuler.
Mereka menunjukkan gambar pada kafan yang dihasilkan bukan dari tubuh yang tergolek di atas batu, melainkan dari tubuh yang tanpa bobot, barangkali melayang di atas tempat peristirahatannya.
Film dokumen itu juga mempertegas pertanyaan sebelumnya mengenai tes karbon untuk mengetahui umur kain kafan itu. Pada penelitian sebelumnya, kain itu ditaksir dibuat di abad pertengahan.
Ahli forensik bersaksi bahwa bekas darah pada sudarium of Oviedo (kain penutup wajah Yesus) sama umurnya dengan kain kafan itu.
Sejarah dari sudarium merujuk pada abad ketujuh di Spanyol. Golongan darah pada kedua kain itu sama, yakni AB. Serbuk sari yang ditemukan pada sudarium juga cocok dengan kafan Turin.
Juni lalu Paus Benedict XVI mengumumkan, kain kafan itu akan dipamerkan pada 19 April hingga 23 Mei tahun 2010 mendatang. Menurut Vatican, Paus sendiri akan mengunjungi pameran itu pada 2 Mei 2010.
Sebelumnya ilmuwan Italia mengatakan, kain kafan Turin yang diklaim sebagai kain bekas pemakaman Yesus merupakan hasil rekayasa abad pertengahan berdasarkan hasil sejumlah eksperimen terhadap kain linen tersebut.
Disebutkan, kain yang panjangnya 14 kaki 4 inci (sekitar 4 meter) kali 3 kaki 7 inci itu memiliki bekas wajah seperti hasil negatif fotografik yang disebut-sebut wajah Yesus.
“Kami sudah menunjukkan bahwa ada kemungkinan untuk mereproduksi sesuatu yang memiliki karakteristik yang sama pada kain tersebut,” ujar Luigi Garlaschelli, profesor kimia di University of Pavia, yang memaparkan hasil eksperimennya melalui sebuah konferensi paranormal di utara Italia.
Kain Turin tersebut menunjukkan pada bagian belakang dan depan terdapat wajah seorang pria berjanggut dengan rambut panjang, kedua tangannya disilangkan di dada. Sementara di seluruh kainnya terdapat bercak darah di pergelangan tangan kaki dan sisi badan.
Dari uji coba penanggalan karbon yang dilakukan di sejumlah laboratorium di Oxford, Zurich, dan Arizona pada 1988 menimbulkan sensasi, kain tersebut terbuat antara tahun 1260 hingga 1390.
Hal itu menimbulkan spekulasi bahwa kain kafan Turin adalah hoax yang sengaja dibuat untuk tujuan bisnis wisatawan dan kunjungan ziarah.
Namun, para ilmuwan lantas kehilangan petunjuk bagaimana kain tersebut dibuat. Kemudian para ilmuwan menempatkan selembar kain linen di atas tubuh seorang relawan dan kemudian mengusapnya dengan pigmen yang berisikan zat asam. Topeng digunakan untuk menutupi wajah si relawan.
Pigmen tersebut secara artifisial mulai dipanasi di oven dan kemudian dicuci, sebuah proses yang mengangkat permukaannya sehingga menghasilkan bekas pada kain tersebut. Kemudian para ilmuwan menambahkan tetesan darah, lubang-lubang bekas bakar untuk mendapatkan efek terakhir.
0 komentar:
Posting Komentar