Risiko mengidap alzheimer bisa jadi berkaitan dengan kadar hormon penekan nafsu makan yang disebut "leptin". Demikian laporan suatu riset yang dipublikasikan, Rabu (16/12/2009), yang dapat menunjukkan jalan ke arah pengobatan penyakit itu di masa depan.
Journal of the American Medical Association (JAMA) melaporkan bahwa para ahli di Massachusetts, Amerika Serikat, menemukan, tingginya kadar hormon leptin, yang mengendalikan nafsu makan, tampaknya berhubungan dengan menurunnya risiko alzheimer.
"Temuan ini sejalan dengan data penelitian baru-baru ini yang menunjukkan leptin meningkatkan fungsi ingatan pada hewan dan memperkuat bukti bahwa leptin adalah hormon yang merupakan sinyal penghubung sistem syaraf pusat," kata para ahli yang menggarap Framingham Heart Study, sebuah riset berusia 60 tahun di bawah arahan National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI).
Leptin, yang dihasilkan oleh sel lemak tubuh, mengirimkan sinyal ke otak setelah seseorang menyantap makanan yang cukup banyak sehingga mengurangi desakan untuk makan.
Studi tersebut mengukur tingkat leptin pada beberapa ratus orang berusia lanjut yang tidak mengidap demensia. Perhatian khusus diberikan pada sub-kelompok dengan kondisi bahwa 200 obyek penelitian lebih rajin menjalani pemeriksaan pencitraan resonansi magnetis (MRI).
Riset selama 12 tahun itu menunjukkan bahwa obyek dengan tingkat leptin paling rendah lebih mungkin terserang penyakit syaraf tersebut dibanding mereka yang memiliki tingkat leptin paling tinggi.
Sebanyak 25 persen obyek penelitian dengan tingkat leptin paling rendah, menurut studi itu, belakangan terserang Alzheimer, sementara hanya enam persen orang dengan tingkat leptin paling tinggi yang terserang penyakit tersebut.
Para peneliti mengatakan, studi tersebut menunjukkan bahwa tingkat leptin seorang pasien akhirnya dapat digunakan sebagai penanda dalam mendiagnosis penyakit itu, atau bahkan dapat mengarah pada terobosan dalam pengobatannya.
"Jika temuan kami dikonfirmasi oleh yang lain, maka tingkat leptin pada orang dewasa berusia lanjut mungkin dapat menjadi salah satu dari beberapa biomaker bagi kesehatan otak orang tua. Dan yang lebih penting lagi, hal ini mungkin membuka jalur baru bagi kemungkinan untuk membuat pencegahan dan pengobatan," kata para penulis tersebut.
Sebanyak 37 juta orang di seluruh dunia, termasuk 5,3 juta orang di AS, hidup dengan demensia atau kepikunan, dan penyakit alzheimer merupakan penyebab penting kasus itu. Demikian menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dengan bertambahnya penduduk, jumlah kasus demensia diperkirakan meningkat dengan cepat dalam 20 tahun ke depan.
Sumber: Kompas.com
Journal of the American Medical Association (JAMA) melaporkan bahwa para ahli di Massachusetts, Amerika Serikat, menemukan, tingginya kadar hormon leptin, yang mengendalikan nafsu makan, tampaknya berhubungan dengan menurunnya risiko alzheimer.
"Temuan ini sejalan dengan data penelitian baru-baru ini yang menunjukkan leptin meningkatkan fungsi ingatan pada hewan dan memperkuat bukti bahwa leptin adalah hormon yang merupakan sinyal penghubung sistem syaraf pusat," kata para ahli yang menggarap Framingham Heart Study, sebuah riset berusia 60 tahun di bawah arahan National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI).
Leptin, yang dihasilkan oleh sel lemak tubuh, mengirimkan sinyal ke otak setelah seseorang menyantap makanan yang cukup banyak sehingga mengurangi desakan untuk makan.
Studi tersebut mengukur tingkat leptin pada beberapa ratus orang berusia lanjut yang tidak mengidap demensia. Perhatian khusus diberikan pada sub-kelompok dengan kondisi bahwa 200 obyek penelitian lebih rajin menjalani pemeriksaan pencitraan resonansi magnetis (MRI).
Riset selama 12 tahun itu menunjukkan bahwa obyek dengan tingkat leptin paling rendah lebih mungkin terserang penyakit syaraf tersebut dibanding mereka yang memiliki tingkat leptin paling tinggi.
Sebanyak 25 persen obyek penelitian dengan tingkat leptin paling rendah, menurut studi itu, belakangan terserang Alzheimer, sementara hanya enam persen orang dengan tingkat leptin paling tinggi yang terserang penyakit tersebut.
Para peneliti mengatakan, studi tersebut menunjukkan bahwa tingkat leptin seorang pasien akhirnya dapat digunakan sebagai penanda dalam mendiagnosis penyakit itu, atau bahkan dapat mengarah pada terobosan dalam pengobatannya.
"Jika temuan kami dikonfirmasi oleh yang lain, maka tingkat leptin pada orang dewasa berusia lanjut mungkin dapat menjadi salah satu dari beberapa biomaker bagi kesehatan otak orang tua. Dan yang lebih penting lagi, hal ini mungkin membuka jalur baru bagi kemungkinan untuk membuat pencegahan dan pengobatan," kata para penulis tersebut.
Sebanyak 37 juta orang di seluruh dunia, termasuk 5,3 juta orang di AS, hidup dengan demensia atau kepikunan, dan penyakit alzheimer merupakan penyebab penting kasus itu. Demikian menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dengan bertambahnya penduduk, jumlah kasus demensia diperkirakan meningkat dengan cepat dalam 20 tahun ke depan.
Sumber: Kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar