Tahukah Anda, tubuh kita memiliki mekanisme alami yang akan memberi sinyal kapan kita harus berhenti makan? Saat organ pencernaan mendeteksi lemak atau protein, mereka akan melepaskan hormon yang disebut cholecystokinin (CCK), yang menginformasikan pada otak bahwa makanan yang diasup sudah cukup.
Penelitian terhadap mencit di laboratorium menunjukkan, makanan yang tinggi lemak bisa mengakibatkan tubuh kita tidak mengindahkan hormon "berhenti makan" ini. Akibatnya sudah bisa diduga, kita jadi makan berlebihan.
Dalam studi terkini, para ilmuwan mengobservasi dua kelompok mencit selama 20 hari. Satu kelompok diberi makanan tinggi lemak dan sisanya yang rendah lemak. Tiap harinya, selama tiga jam mereka diberi makanan yang berlemak atau yang kira-kira disukai tikus-tikus ini.
Tikus dari kelompok diet tinggi lemak ternyata makan 40 persen lebih banyak dibanding kelompok rendah lemak. Pada bagian kedua studi, para peneliti menyuntikkan hormon CCK pada seluruh kelompok tikus dan selama sejam meletakkan makanan di depan mereka.
Karena CCK membuat perut terasa kenyang, tikus pada kelompok rendah lemak makan lebih sedikit dari biasanya. Yang menarik, tikus dari kelompok tinggi lemak cenderung tak terpengaruh oleh CCK dan tetap makan seperti biasa.
Penelitian pada manusia sebelumnya juga menunjukkan hasil yang serupa. Misalnya saja, studi pada tahun 2003 yang dimuat dalam American Journal of Physiology. Sekelompok pria diberi makanan tinggi lemak selama dua minggu, kemudian dua minggu kemudian diberi diet rendah lemak. Di akhir studi, masing-masing menerima infusi lemak secara langsung di saluran cerna.
Infusi ini memicu pelepasan CCK sehingga para partisipan merasa kenyang. Namun, efek CCK ini baru terlihat pada saat partisipan melakukan pola diet rendah lemak. Saat suntikan CCK dilakukan di minggu diet tinggi lemak, para partisipan mengaku merasa lebih lapar dari biasanya.
Para ahli mengatakan, hal ini terjadi karena tubuh mereka kurang sensitif terhadap dampak CCK saat mereka mengonsumsi makanan berlemak. Karena itulah, jika Anda ingin mengontrol pola makan, konsumsi sedikit saja makanan berlemak.
Penelitian terhadap mencit di laboratorium menunjukkan, makanan yang tinggi lemak bisa mengakibatkan tubuh kita tidak mengindahkan hormon "berhenti makan" ini. Akibatnya sudah bisa diduga, kita jadi makan berlebihan.
Dalam studi terkini, para ilmuwan mengobservasi dua kelompok mencit selama 20 hari. Satu kelompok diberi makanan tinggi lemak dan sisanya yang rendah lemak. Tiap harinya, selama tiga jam mereka diberi makanan yang berlemak atau yang kira-kira disukai tikus-tikus ini.
Tikus dari kelompok diet tinggi lemak ternyata makan 40 persen lebih banyak dibanding kelompok rendah lemak. Pada bagian kedua studi, para peneliti menyuntikkan hormon CCK pada seluruh kelompok tikus dan selama sejam meletakkan makanan di depan mereka.
Karena CCK membuat perut terasa kenyang, tikus pada kelompok rendah lemak makan lebih sedikit dari biasanya. Yang menarik, tikus dari kelompok tinggi lemak cenderung tak terpengaruh oleh CCK dan tetap makan seperti biasa.
Penelitian pada manusia sebelumnya juga menunjukkan hasil yang serupa. Misalnya saja, studi pada tahun 2003 yang dimuat dalam American Journal of Physiology. Sekelompok pria diberi makanan tinggi lemak selama dua minggu, kemudian dua minggu kemudian diberi diet rendah lemak. Di akhir studi, masing-masing menerima infusi lemak secara langsung di saluran cerna.
Infusi ini memicu pelepasan CCK sehingga para partisipan merasa kenyang. Namun, efek CCK ini baru terlihat pada saat partisipan melakukan pola diet rendah lemak. Saat suntikan CCK dilakukan di minggu diet tinggi lemak, para partisipan mengaku merasa lebih lapar dari biasanya.
Para ahli mengatakan, hal ini terjadi karena tubuh mereka kurang sensitif terhadap dampak CCK saat mereka mengonsumsi makanan berlemak. Karena itulah, jika Anda ingin mengontrol pola makan, konsumsi sedikit saja makanan berlemak.
0 komentar:
Posting Komentar