Kini, setelah lebih dari sengah abad, hasil analisis mikroskopik polarisasi terhadap pola pertumbuhan tulang mempertanyakan status archaeopteryx sebagai jenis burung prasejarah pertama. Studi dengan tekhnik berteknologi tinggi itu mengungkap bahwa fosil berusia 150 juta tahun itu berasal dari spesimen spesies yang tumbuh dewasa dengan lambat.
“Hasil riset kami menunjukkan bahwa fosil lebih mirip seekor dinosaurus daripada seekor burung modern, “ ujar Gregory Erickson dari Departemen Ilmu Biologi di Florida State University di Tallahassee. Erickson melaporkan temuannya itu dalam jurnal PloS ONE terbaru yang terbit online.
Erickson dan koleganya menduga archaeopteryx membutuhkan sekitar dua setengah tahun untuk tumbuh ke ukuran fosilnya yang ditemukan di Jerman. Sedangkan burung modern, untuk sampai ke ukuran yang sama, cuma perlu beberapa bulan. “Burung tumbuh sangat-sangat cepat. Itu juga sebabnya kenapa kita lebih sering melihat sekawanan merpati dewasa dengan ukurannya yang hampir sama tapi jarang melihatnya ketika bayi.”
Mereka menemukan lingkar pertumbuhan tahunan, pembuluh darah kecil, dan sel-sel tulang paralel pada fragmen tulang fosil archaeopteryx berbagi kesamaandengan jenis dinosaurus yang berukuran setara, seperti jeholornis prima. Sebaliknya fragmen-fragmen dari hewan mirip burung, seperti ichthyornis dispar, yang hidup sekitar 94 juta tahun lalu, terungkap tidak memiliki lingkar pertumbuhan tahunan pun pembuluh darah kecil yang substansial.
Di ketik kembali by: Verynandus Hutabalian, Sumber Koran Tempo Selasa, 13 Oktober 2009
0 komentar:
Posting Komentar