Dua unit batu prasejarah terbuat dari jenis batu andesit ditemukan di kawasan dekat Sungai Purba yang berlokasi di Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur.
Menurut anggota tim Purbakala Museum Mpu Purwa Kota Malang, Wardoyo, Sabtu, timnya telah melakukan eskavasi dua batu prasejarah tersebut dan saat ini diamankan di Museum Mpu Purwa yang berlokasi di Jalan Soekarno Hatta.
"Dua batu ini merupakan peninggalan zaman prasejarah yang pada zaman itu dipergunakan sebagai alat mengasah benda tajam. Dilihat dari lokasi temuan dapat disimpulkan jika masyarakat zaman dahulu sudah hidup menetap di aliran Sungai Purba yang kini telah kering," katanya mengungkapkan.
Ia mengatakan, kedua batu tersebut pada zaman dulu juga dianggap sebagai batu sakral, sehingga setiap kegiatan upacara yang dilaksanakan masyarakat itu selalu dilibatkan. Jika diteliti seksama, kedua batu itu mempunyai goresan selebar sekitar 3 centimeter dengan panjang sekitar 50 centimeter, artinya terdapat lima goresan yang biasa digunakan untuk pengasahan benda tajam.
Selain itu, lanjutnya, dalam goresan tersebut juga terdapat goresan lain yang membentuk segitiga yang diyakini sebagai simbol kesuburan. "Goresan segitiga ini suatu lambang kesuburan yang juga bisa diartikan alat kelamin perempuan yang juga berarti kesuburan," paparnya.
Kedua batu ini ditemukan Rabu (13/1) oleh warga sekitar secara terpisah dengan jarak sekitar 100 meter dari batu pertama, dengan diameter kira-kira 15 centimeter dari ke dalaman Sungai Purba yang kering sekitar 14 centimeter.
Sebelumnya, Tim Purbakala Kota Malang juga melakukan eskavasi dua batu zaman prasejarah yakni batu tugu (Stamba) berbentuk dasar segi empat dan segi delapan di wilayah Buring Kecamatan Kedungkandang.
Satu batu dalam kondisi utuh dengan tinggi 110 centimeter, lebar dasar segi empat 35 centimeter dan diameter 45 centimeter. Sedangkan satu batu yang tidak utuh itu tingginya hanya 30 centimeter.
Batu Stamba itu diperkirakan sebagai tanda batas wilayah pada zaman Kerajaan Majapahit di abad XIV.
Sumber: Kompas.com
Menurut anggota tim Purbakala Museum Mpu Purwa Kota Malang, Wardoyo, Sabtu, timnya telah melakukan eskavasi dua batu prasejarah tersebut dan saat ini diamankan di Museum Mpu Purwa yang berlokasi di Jalan Soekarno Hatta.
"Dua batu ini merupakan peninggalan zaman prasejarah yang pada zaman itu dipergunakan sebagai alat mengasah benda tajam. Dilihat dari lokasi temuan dapat disimpulkan jika masyarakat zaman dahulu sudah hidup menetap di aliran Sungai Purba yang kini telah kering," katanya mengungkapkan.
Ia mengatakan, kedua batu tersebut pada zaman dulu juga dianggap sebagai batu sakral, sehingga setiap kegiatan upacara yang dilaksanakan masyarakat itu selalu dilibatkan. Jika diteliti seksama, kedua batu itu mempunyai goresan selebar sekitar 3 centimeter dengan panjang sekitar 50 centimeter, artinya terdapat lima goresan yang biasa digunakan untuk pengasahan benda tajam.
Selain itu, lanjutnya, dalam goresan tersebut juga terdapat goresan lain yang membentuk segitiga yang diyakini sebagai simbol kesuburan. "Goresan segitiga ini suatu lambang kesuburan yang juga bisa diartikan alat kelamin perempuan yang juga berarti kesuburan," paparnya.
Kedua batu ini ditemukan Rabu (13/1) oleh warga sekitar secara terpisah dengan jarak sekitar 100 meter dari batu pertama, dengan diameter kira-kira 15 centimeter dari ke dalaman Sungai Purba yang kering sekitar 14 centimeter.
Sebelumnya, Tim Purbakala Kota Malang juga melakukan eskavasi dua batu zaman prasejarah yakni batu tugu (Stamba) berbentuk dasar segi empat dan segi delapan di wilayah Buring Kecamatan Kedungkandang.
Satu batu dalam kondisi utuh dengan tinggi 110 centimeter, lebar dasar segi empat 35 centimeter dan diameter 45 centimeter. Sedangkan satu batu yang tidak utuh itu tingginya hanya 30 centimeter.
Batu Stamba itu diperkirakan sebagai tanda batas wilayah pada zaman Kerajaan Majapahit di abad XIV.
Sumber: Kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar