Tanggal 19 Januari 2010, aku mendapat jadwal panggilan wawancara melalui telfon selular (HP), sebut saja Pak Harry diseberang sana yang berinteraksi melalui telfon selularku pada saat itu. Pak Harry dengan ramah menyampaikan jadwal interview dan segala sesuatu yang harus aku bawa pada hari Selasa, berlokasi di gedung Aryo Bimo lantai 12 Jalan HR. Rasunah Said, Kuningan, Jakarta Selatan jam 10.30 WIB di Globaltv. Aku mendapat informasi jadwal interview tersebut sehari sebelumnya, tepatnya hari Senin tertanggal 18 Januari 2010 Pukul 17:20 WIB tertera pada layar display HPku ketika bunyi panggilan masuk. Perasaanku pada hari tersebut biasa-biasa aja, tidak seperti perasaan ketika mendapat panggilan pertama kalinya atas pengajuan lamaran ketika baru lulus, yang pada saat itu rasanya tak kepalang bahagia mungkin perasaan biasa yang timbul karena sudah seringnya dapat panggilan interview dan berakhir dengan sedikit rasa kecewa karena hanya mentok sampai saat itu juga yang berujung tidak ada panggilan untuk masuk kerja. Sebenarnya jauh di dalam hatiku tersimpan rasa bahagia dan secercah harapan atas jadwal panggilan tersebut, rasa biasa itu mungkin hanya emosi sesaat atas pengalaman yang aku dapatkan di hari-hari sebelumnya. Aku tetap merasa bersyukur teramat sangat kepada Tuhan, Hal itu terucap sebelum malam menjemput dan membelaiku ke pembaringan tempat tubuh fisikku rebah tak berdaya.
Semua rencana telah aku persiapkan pada malam itu juga, tentunya pertama sekali aku menanyakan kepada rekan-rekan satu kosan yang pada saat itu memang lagi ngumpul dan ngobrol santai (disaat itulah aku mendapat telfon dari Pak Harry). Aku menanyakan lokasi Gedung tersebut pada rekan-rekanku yang ikut mendengarkan pembicaraaku pada saat itu, sebut saja namanya Kumboh dan Uli, memang hanya ada kami bertiga pada saat itu. Kami nimbrung di kamar rekan saya Uli dan tentunya rekan-rekanku itu adalah pria hebat yang lagi menunggu dan membutuhkan sebuah pekerjaaan dari beberapa perusahaan yang akan beruntung merekrut kami karena seperti yang aku katakan "kami adalah pria-pria hebat".
Kedua rekanku memberikan segala sesuatu informasi yang terbaik yang akan aku lakukan ke esokan harinya dan dari hasil kesepakatan pada malam itu rekanku Kumboh menawarkan diri untuk menghantarkanku naik motornya ke lokasi tersebut. Aku memang terhitung baru berdomisili di kawasan sekitar Jakarta dan tidak begitu banyak mengenal lokasi yang ada di Jakarta walaupun kadang kala lokasi itu sangat begitu terkenal di kawasan Jakarta. Kumboh sudah hidup dan menjejakkan kaki di jakarta sejak rekanku ini lahir. Dia begitu sangat mengenal Jakarta dan tentunya itu hal yang mudah untuknya. Aku mengenal kedua rekanku dari perkenalan sesama penghuni kosan yang berada di Kelapa Dua, Depok. Kami membuat kesepakatan dengan Kumboh untuk keesokan harinya Pukul 08.00 WIB pagi untuk menjemputku di kosan, karena Kumboh harus pulang untuk mengambil motor di rumahnya yang jarak tempuhnya tak memakan waktu lama dari kosanku. Perbincangan hangat kami terhenti pukul 21.00 WIB, aku dan Kumboh pergi ke warung untuk meredakan amarah cacing perut yang terdengar menabuh genderang peperangan dalam perut kami yang sejengkal ini, sedangkan Uli sudah beranjak ke peraduannya ketika kami sedang asik ngobrol (Uli sedang mengidap suatu penyakit yang tidak teridentifikasi pada saat itu, wkwkwkwkwkkw. NB: aku berharap rekanku itu cepat sembuh). Selepas memenuhi tuntutan cacing perut, Kumboh pamitan tuk pulang ke rumahnya di Menteng.
Aku melepaskan kepergian Kumboh dengan harapan dia tidak melupakan kesepakatan yang kita buat beberapa jam yang lalu. Sebelum ia melangkahkan kakinya untuk pulang, rekanku Kumboh mengatakan kepadaku yang lagi harap-harap cemas pada malam itu "Tenang lae, gampang ituuuu...." Perkataan itu menguatkan hatiku dengan amat sangat "menghempaskan sgala harap-harap cemas yang begitu melingkupi seluruh pemikiran dan hatiku". Aku pulang menuju ke pembaringan (kosan) dan tak lepas tentunya berdoa supaya sesuatunya terjadi sesuai dengan sgala harapan terbaik yang di berikan Tuhan.
Pukul 05.00 WIB pagi aku bangun, mandi dan berpakaian sepantasnya untuk menghadiri interview. Selepas itu, Aku mengaktifkan power komputer yang terkoneksi internet, kemudian membuka email yahooku dan mencari tags pengiriman (sent) email ke globaltv. Ketemu...!, Ku buka lalu ku baca, posisi apa yang aku lamar di globaltv, yaaaa??? Aku memang lupa karena terlalu banyaknya pengajuan lamaran yang aku kirimkan ke berbagai instansi perusahaan. Aku membuka google untuk mencari informasi tentang posisi yang aku lamar dan membuka beberapa situs mengenai posisi tersebut, Hal itu aku lakukan supaya tidak ada miss communication atas pengajuan lamaranku paling nggak aku cari tahu tentang hal tersebut. Waktu sudah jam 08.00 WIB, ketika aku asyik membuka-buka dan membaca mengenai posisi tersebut dan tentunya sekaligus sarapan. Rekanku yang aku tunggu-tunggu belum tiba sampai jam 08.45 WIB, whhhhhh disitu aku cemas bukan kepalang tanggung tak tahu apa yang harus aku lakukan. Untuk membuang sgala rasa cemas di pikiran dan hatiku, aku berjalan mondar-mandir di lorong gang kamar kosanku.... Aku merasa hal ini yang dapat aku lakukan untuk mengusir kecemasan yang ada dipikiranku pada saat itu sambil menunggu teman yang belum kunjung tiba.
Beberapa jam sebelumnya sekitar jam 07.00 WIB pagi, rekanku Uli, yang kamarnya berada di depan kamarku mengetok pintu kamarku, kemudian mengatakan " Lae titip HP Kumboh ama tasnya, kalian mau pergi barengkan?" (ternyata HP dan tas Kumboh tinggal di Kamar Lae Uli). Aku terkejut bukan kepalang. Lah.... gimana nih kalau kumboh lupa? gimana menghubunginya seandainya Kumboh tertidur?, Banyak pertanyan yang carut-marut dan gentayangan dalam pikiran dan hatiku. Ternyata kecemasan dalam pikiranku memoles raut wajahku, sehingga rekanku Uli tanggap dan mengatakan "tenang aja lae, kalau Kumboh janji, pasti datang", perkataan lae uli membuat aku sedikit tenang dan aku akhirnya melepaskan simpul senyum yang masih tersirat rasa ragu dan cemas kepada Lae Uli.
Tunggu dan menunggu dengan mengandalkan rasa percaya atas untaian kalimat dari rekanku Uli, yang di tunggu te..tap.. kunjung tak datang. Akhirnya aku memutuskan tuk pergi saja, waktu itu pukul 09.00 WIB. Aku rengkuh tasku, aku pakaikan kaus di kakiku, slap...ku masukkan kakiku ke dalam sepatu. Berangkat!!!! (Dalam hatiku berdoa terjadilah apapun yang terjadi), aku menuruni tangga kosan (kosanku terdiri atas 2 lantai yang terdiri dari lantai dasar dan lantai atas). Sesampainya di lantai bawah aku melihat pintu kamar kosan lae Sugee terbuka (sebut saja namanya demikian), dari lae inilah aku mengenal Kumboh.
Aku putuskan singgah dulu, mana tahu tadi malam Kumboh kembali pulang dan tidur di kamar lae Sugeeee. Aku menengadahkan kepalaku sambil celingak-celinguk ke dalam kamar ternyata kosong melompong, dari seberang kamar yang merupakan dapur, suara langkah kaki terdengar menghampiriku, "Ada apa lae? (aku memalingkan kepalaku ke arah datangnya suara). Yaa lae, aku berucap ringan menanggapi pertanyaan lae Sugee. Kemudian lae itu melanjutkan pertanyaan kembali sebelum pertanyaan pertamanya selesai aku jawab. Mau interview lae? (ternyata lae sugee langsung ngeh dengan melihat cara aku berpakaian). Yaa neh lae, ku jawab dengan ringan. Kemudian aku bertanya kepadanya: "Lae Sugee, Kumboh tidur disini, nggak?". "nggak, lae. Emang kenapa?" komentar Lae Sugee. Aku menimpali kembali dengan harap cemas, Kumboh kemarin janji mau menghantarkanku ke kuningan untuk interview dan berjanji menjemputku jam 08.00 WIB pagi , sampai sekarang belum kunjung datang. Lae Sugee membalas komentarku: "Paling dia ketiduran di rumahnya..., kenapa gak di telfon?"Aku menjawab: "Hp dan tas Kumboh ada di kamarku lae, ketinggalan tadi malam." Lae Sugeee berpikir sejenak, mulutnya berucap: "Gak disiplin neh... Kumboh, janji hanya sekedar janji." Aku dan lae Sugee terdiam sejenak. Lae Sugee beranjak ke kamarnya sambil berkata: "Tunggu sebentar lae!!!!" (Sambil mengais-ngaiskan tangannya di celana yang dikenakannya karena lae Sugee baru selesai mencuci piring), maklum calon suami yang baik dan nantinya jadi jajahan istrinya...wkwkwkwkwkwkkwkw. Tak lama kemudian Lae Sugee berucap dari dalam kamar: "Nomor telfon rumahnya ada sama aku." Lae Sugee menekan tombol hpnya mulai mencari nomor rumah Kumboh. Tak lama kemudian akhirnya nomor rumah yang di cari ketemu, terjadilah percakapan antara Lae Sugee dan di seberang sana orangtua Kumboh yang mengangkat, ternyata Lae Kumboh belum siuman dari mati surinya karena rohnya tadi malam nyangkut di genteng rumahnya ketika hendak kembali ke raganya (wkwkwkwkwkwkwk, maksudku dia masih tertidur lelap sambil ngiler dan ngorok kali yaa.... ^_^ :-) ). Lae Sugee menekankan ke orang tua Kumboh, bahwa Kumboh ada janji untuk Interview di globaltv dan minta tolong untuk membangunkan Kumboh dari tidur yang begitu lelap (padahal aku sendiri yang ada acara interview, aku jadi nggak enakan karena ngerepotin banyak orang ). Aku menjelaskan kembali ke Lae Sugee, bahwa hanya aku doang yang interview, Kumboh menawarkan niat baiknya ke aku untuk menghantarkan aku ke kuningan, setelah percakapan Lae Sugee dan orang tua Kumboh di telfon selesai.
Tak lama kemudian telfon selular lae Sugee (Muhammad Sutoto Supatmo Sugee) berbunyi, ternyata dari rumah Kumboh, Lae Sugee mengangkatnya dan memberikan telfon selularnya kepadaku. Ku ambil dan kutempelkan di telingaku, terdengar suara lae Kumboh (whwwhwh ternyata rohnya telahh kembaliiiiiii dan tidak kekurangan suatu apapun, wkwkkwkwkwkkwwkwkkwkkwkwkwk). "Dikosankan Lae?" suara Kumboh menggelegar menanyakan keberadaanku. Aku menjawab: "Iya lae, jadi datangkan?". "Ia aku kesana, tunggu sebentar", kumboh menimpali kembali komentarku.
Saat itu pukul 09.15 WIB, Aku berada di kamar lae Sugee, 15 menit kemudian Kumboh tiba dan hatiku tenang saat itu. "Ayo lae!!! ", Suara lantang lae Kumboh begitu semangat (Rohnya merasakan udara kebebasan, bebas dari atap genteng yang membelenggu kebebasannya, wwkwkwkkwkkwkwkwkwk ^_^ :-)). Kami langsung berangkat menggunakan motor lae Kumboh. Yah..., di tengah perjalanan awan dengan sedihnya mengiringi perjalananku, raungan tangisannya membasahi sekujur tubuh ini. Saat pergi cuaca sangat cerah tak kebayang akan datang hujan. Kemeja panjang merah darah yang aku kenakan sudah nempel di tubuhku seperti perangko yang di tempelkan ke Amplop surat karena begitu basahnya baju yang ku kenakan. Hari yang sangat menyedihkan pada saat itu.................
1 komentar:
eng...Ito lamar kemana aja neh...dah da yang nyangkut lagi blommm,ane nganggur nih..heu bagi info dunk
Posting Komentar