Wahana ruang angkasa Cassini yang tengah melayang di sekitar Planet Saturnus merekam cahaya dari permukaan Titan, salah satu bulannya planet tersebut. Cahaya tersebut kemungkinan besar sebagai pantulan cahaya Matahari di atas permukaan cairan salah satu danau raksasa di permukaan Titan.
Dari hasil pengamatan selama ini, Titan memang diyakini memiliki danau-danau raksasa berisi cairan meski tak dapat terlihat langsung karena tertutup atmosfernya yang tebal. Meski demikian, kamera inframerah dapat menangkap pantulan berkas cahaya Matahari yang sampai ke permukaan danau tersebut. Foto yang dibuat Cassini merupakan rekaman pertama pantulan cairan di luar Bumi itu.
"Gambar ini merupakan salah satu foto ikonik Cassini," ujar Bob Pappalardo, ilmuwan di Laboratorium Propulsi Jet NASA di Pasadena, California, yang tergabung dalam riset Cassini. Ia mengatakan, Titan semakin mirip Bumi tidak hanya punya atmosfer, tetapi juga danau berisi cairan dan sifat-sifat lainnya.
Cahaya yang direkam Cassini merupakan pantulan cairan di bagian selatan danau raksasa yang disebut Kraken Mare. Danau tersebut seluas 400.000 km persegi atau lebih besar daripada Laut Kaspia, danau terbesar di Bumi saat ini.
Titan merupakan satu-satunya obyek di tata surya, selain Bumi, yang sejauh ini diketahui mengandung cairan. Namun, cairan yang menggenangi danau-danau di Titan bukanlah air seperti di Bumi, melainkan metana dan etana, cairan hidrokarbon yang terbentuk dari molekul-molekul karbon dan atom-atom hidrogen.
Teori adanya cairan di Titan sudah dikemukakan sejak 20 tahun lalu dan terus dilakukan penelitian untuk membuktikannya. Pada tahun 2008, kamera inframerah yang dibawa wahana Cassini yang sudah menjelajah kawasan tersebut sejak tahun 2004 memastikan kandungan cairan di Ontario Lacus, danau terbesar di belahan selatan Titan. Belahan utara malah memiliki danau-danau lebih besar dan banyak belum bisa dipastikan apakah mengandung cairan atau tidak.
Kandungan cairan hidrokarbon di Titan menarik perhatian para ilmuwan karena zat kimia tersebut berpotensi mendukung kehidupan. Siapa tahu masih ada kehidupan di sana atau suatu saat manusia menginjakkan kakinya di permukaan Titan.
Sumber: Kompas.com
Dari hasil pengamatan selama ini, Titan memang diyakini memiliki danau-danau raksasa berisi cairan meski tak dapat terlihat langsung karena tertutup atmosfernya yang tebal. Meski demikian, kamera inframerah dapat menangkap pantulan berkas cahaya Matahari yang sampai ke permukaan danau tersebut. Foto yang dibuat Cassini merupakan rekaman pertama pantulan cairan di luar Bumi itu.
"Gambar ini merupakan salah satu foto ikonik Cassini," ujar Bob Pappalardo, ilmuwan di Laboratorium Propulsi Jet NASA di Pasadena, California, yang tergabung dalam riset Cassini. Ia mengatakan, Titan semakin mirip Bumi tidak hanya punya atmosfer, tetapi juga danau berisi cairan dan sifat-sifat lainnya.
Cahaya yang direkam Cassini merupakan pantulan cairan di bagian selatan danau raksasa yang disebut Kraken Mare. Danau tersebut seluas 400.000 km persegi atau lebih besar daripada Laut Kaspia, danau terbesar di Bumi saat ini.
Titan merupakan satu-satunya obyek di tata surya, selain Bumi, yang sejauh ini diketahui mengandung cairan. Namun, cairan yang menggenangi danau-danau di Titan bukanlah air seperti di Bumi, melainkan metana dan etana, cairan hidrokarbon yang terbentuk dari molekul-molekul karbon dan atom-atom hidrogen.
Teori adanya cairan di Titan sudah dikemukakan sejak 20 tahun lalu dan terus dilakukan penelitian untuk membuktikannya. Pada tahun 2008, kamera inframerah yang dibawa wahana Cassini yang sudah menjelajah kawasan tersebut sejak tahun 2004 memastikan kandungan cairan di Ontario Lacus, danau terbesar di belahan selatan Titan. Belahan utara malah memiliki danau-danau lebih besar dan banyak belum bisa dipastikan apakah mengandung cairan atau tidak.
Kandungan cairan hidrokarbon di Titan menarik perhatian para ilmuwan karena zat kimia tersebut berpotensi mendukung kehidupan. Siapa tahu masih ada kehidupan di sana atau suatu saat manusia menginjakkan kakinya di permukaan Titan.
Sumber: Kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar